Diva pertama kali bertemu dengan Rubby di kantor tempat mereka bekerja. Awalnya, pertemuan mereka hanya sebatas perkenalan singkat antar rekan kerja—senyum, sapa, dan basa-basi seperti halnya perkenalan pada umumnya. Diva tipe orang yang cukup cuek, lebih suka menjaga jarak hingga ia merasa benar-benar nyaman dengan seseorang, sementara Rubby adalah orang yang terbuka, percaya diri, dan memiliki semangat yang kuat. Hari demi hari mereka sering bertemu di tempat kerja. Tak jarang mereka saling sapa, meski hanya dengan senyum atau percakapan ringan. Rubby adalah tipikal orang yang tidak bisa duduk diam ketika ada kesempatan untuk mengenal orang baru. Ia merasa ada sesuatu yang menarik dari Diva, yang dingin namun cantik dengan senyum khasnya yang sederhana. Rubby mulai merasa bahwa setiap kali bertemu dengan Diva, ada perasaan yang tak bisa ia jelaskan—mungkin rasa penasaran atau hanya keinginannya untuk mengenalnya lebih jauh. Seiring berjalannya waktu, ia memberanikan diri untuk mengambil langkah. Suatu hari, saat mereka bertemu di area timur kantor dan suasana terlihat santai, Rubby memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang telah ia pikirkan sejak lama. “Diva, boleh nggak aku minta kontak kamu? Aku pikir kita bisa ngobrol lebih banyak,” katanya dengan nada santai dan senyum yang tulus. Diva sempat terkejut mendengarnya. Namun, melihat ekspresi Rubby yang lugas dan tidak berlebihan, ia akhirnya tersenyum dan mengangguk pelan sambil memberikan nomor kontaknya. “Ya, tentu boleh. Aku pikir kita bisa saling komunikasi,” ujar Diva sambil terenyum lucu. Dari situlah komunikasi mereka dimulai—dari pesan singkat yang sesekali membahas pekerjaan hingga obrolan tentang hal-hal kecil seperti hobi, impian, hingga aktivitas sehari-hari. Komunikasi mereka semakin intens, semakin dalam, dan semakin dekat. Diva yang awalnya memiliki sifat cuek mulai merasakan kenyamanan ketika berbicara dengan Rubby. Sedangkan Rubby menemukan bahwa Diva memiliki sisi yang ramah dan hangat yang tak ia sangka sebelumnya. Setiap percakapan mereka selalu membuat mereka senyum-senyum sendiri dan merasa lebih semangat menghadapi hari. Koneksi itu semakin menguat seiring waktu, hingga akhirnya mereka memahami bahwa pertemuan mereka di tempat kerja bukan hanya kebetulan. Itu adalah awal dari sebuah kisah yang tak mereka duga—pertemuan yang akan menjadi fondasi bagi hubungan yang lebih berarti. Dan dari komunikasi itu, benih-benih kedekatan mulai tumbuh, mengubah hubungan mereka dari sekadar rekan kerja menjadi sepasang kekasih. "Awal dari sebuah kisah sering kali dimulai dengan senyum dan basa-basi sederhana."